Menteri PPPA, Bintang Puspayoga Dialog Hangat Bersama Anak-anak dari Forum Anak Nasional dan Forum Anak Daerah dari seluruh Indonesia |
Jakarta,
AlifMH.info - Ahad, 21Februari 2021, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga melakukan dialog hangat bersama anak-anak
yang tergabung dalam Forum Anak Nasional
dan Forum Anak Daerah dari seluruh Indonesia. Dalam dialog tersebut, Menteri
Bintang menyoroti isu perkawinan anak dan mengajak Forum Anak Nasional maupun
Forum Anak Daerah untuk turut menyosialisasikan pentingnya mencegah dan menolak
perkawinan anak kepada seluruh anak di Indonesia.
“Forum Anak merupakan kekuatan yang luar biasa
dalam membantu pemerintah khususnya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (Kemen PPPA) untuk mencari solusi terkait pemasalahan dan isu
yang berkembang di masyarakat, salah satunya terkait perkawinan anak,” ungkap
Menteri Bintang.
Menteri Bintang menjelaskan anak sebagai agen
perubahan pelopor dan pelapor dapat berperan menjadi komunikator untuk
menyosialisasikan program pemerintah dengan bahasa yang mudah dipahami kepada
anak-anak lainnya.
“Anak-anak, kalian mempunyai kekuatan luar biasa
berupa inovasi dan kreativitas. Kita sudah memiliki Undang-Undang (UU) Nomor 16
Tahun 2019, sebagai UU terbaru yang menetapkan batas usia minimal untuk menikah
yaitu 19 tahun. Untuk mengimplementasikan kebijakan pencegahan perkawinan anak
hingga mencapai tingkat akar rumput, diperlukan sinergi bersama, termasuk peran
Forum Anak. Bunda harap anak-anak bisa ikut menyosialisasikan UU ini kepada
seluruh anak di Indonesia demi mencegah dan menurunkan angka perkawinan anak,”
jelas Menteri Bintang.
Lebih lanjut, Menteri Bintang menegaskan bahwa
perkawinan anak memiliki dampak yang sangat besar, misalnya dampaknya terhadap
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan dampak sosial. Untuk itu diperlukan sinergi
dari seluruh pihak baik pemerintah pusat, daerah, keluarga, maupun keterlibatan
dari anak-anak itu sendiri dalam mencegah terjadinya perkawinan anak di
Indonesia.
Di samping itu, bunda juga ingin mendengarkan apa
saja peran, masukan, dan tantangan yang kalian hadapi sebagai pelopor dan
pelapor (2P) untuk menangani berbagai isu yang berkembang di daerah
masing-masing. Karena tidak hanya sebagai penikmat pembangunan, anak-anak juga
harus ikut berperan aktif dalam pembangunan bangsa.
Pesersa Dialog dengan Menteri PPPA |
Pada acara ini, beberapa anak perwakilan dari Forum
Anak Daerah turut mengungkapkan berbagai upaya yang sudah mereka lakukan dalam
mencegah perkawinan anak di wilayahnya. Perwakilan Forum Anak Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB), Faeruza menjelaskan bahwa isu perkawinan anak dan
kekerasan terhadap anak menjadi isu terbesar yang terjadi di NTB. Untuk itu,
Forum Anak NTB telah melakukan berbagai upaya pencegahan seperti kampanye baik
secara online maupun langsung melalui spanduk atau banner yang dibuat dalam 3
(tiga) bahasa suku di NTB.
“Pada 2017 dan 2018, kami bersama Dinas PPPA
Provinsi NTB telah menghasilkan sebuah film yang mengampanyekan berbagai dampak
perkawinan anak serta ajakan untuk menolak perkawinan di usia anak dalam
beberapa bahasa daerah. Pada 2019-2021, Forum Anak NTB terus aktif menyuarakan
pencegahan perkawinan anak di ruang diskusi seperti musrenbang di tingkat
Provinsi, Kabupaten/Kota. Kami juga senang dan menyambut baik lahirnya
Peraturan Daerah Pencegahan Perkawinan Anak yang telah disahkan DPRD Provinsi
NTB. Perda ini merupakan bentuk jawaban dari keluhan kami sebagai pelopor dan pelapor
yang menolak segala bentuk perkawinan anak di NTB,” ungkap Faeruza.
Senada dengan Faeruza, Perwakilan Forum Anak
Provinsi Jawa Tengah, Dika dan Perwakilan Forum Anak Daerah Kota Banjarmasin,
Aina juga turut menyampaikan berbagai upaya yang telah mereka lakukan dalam
mencegah perkawinan anak di daerahnya. “Terkait upaya mencegah perkawinan anak,
Forum Anak Jawa Tengah telah menyosialisasikan program ‘Jo Kawin Bocah’, yang
didukung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah,” tutur Dika.
Di sisi lain, Aina menuturkan bahwa Forum Anak Kota
Banjarmasin telah menyosialisasikan pencegahan perkawinan anak dengan
memfokuskan pada daerah yang minim mendapatkan informasi terkait pencegahan
perkawinan anak. Adapun upaya yang dilakukan meliputi sosialisasi di sekolah-sekolah,
membuat video singkat, dan menyuarakan ajakan untuk berani menolak perkawinan
anak di media sosial masing-masing agar dapat diketahui seluruh anak di Kota
Banjarmasin.
Perwakilan Forum Anak dari daerah lainnya juga
turut menceritakan berbagai peran, masukan, hambatan, serta isu yang berkembang
di daerahnya masing-masing, antara lain perwakilan Forum Anak Kalimantan
Selatan, Haris yang menyampaikan peran dan hambatan yang dialami bersama
teman-temannya saat mendatangi lokasi bencana banjir bandang untuk memberikan
bantuan kebutuhan pokok, kebutuhan spesifik, maupun dukungan psikososial bagi
anak-anak penyintas bencana di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan
Selatan.
Selain itu, Perwakilan Forum Anak Kabupaten Bekasi,
Bintang Nurul menjelaskan peran dan hambatan yang ia alami dalam menangani isu ‘stunting’
di daerahnya. Perwakilan Forum Anak Kabupaten Buleleng, Dita Ari menyampaikan
berbagai peran dan hambatan yang dialami dalam menangani isu kekerasan seksual
dan ‘bullying’ di wilayahnya. Perwakilan Forum Anak Nasional, Fayanna dan
Arista juga menyampaikan berbagai program dan kegiatan FAN sebagai pelopor dan
pelapor dalam pembangunan nasional, di antaranya yaitu melaksanakan kegiatan
edukasi ‘Time To Know’, Webinar Tali Anak (Taman Literasi Anak), Kopi FAN
(Komik Inspirasi FAN), FAN Awards, Tiktoknya FAN, FAN Challanger, Survei Ada
Apa Dengan Covid-19 (AADC) sebanyak 2 kali dalam 2020, audiensi dengan Menteri
Kesehatan, audiensi dengan Tenaga Kesehatan, dan lainnya.
Menanggapi berbagai cerita yang telah disampaikan
beberapa anak perwakilan Forum Anak baik Nasional maupun Daerah, Menteri
Bintang sangat mengapresiasi berbagai upaya luar biasa yang telah dilakukan
anak-anak untuk turut berkontribusi menangani isu-isu penting di daerahnya.
“Bunda sangat senang bisa mendengarkan dan belajar banyak hal dari kalian.
Terima kasih banyak atas kerja nyata yang sudah dilakukan, bahkan di saat
pandemi ini. Semoga melalui dialog ini dapat terjalin hubungan yang lebih
hangat dan erat antara Forum Anak Nasional, Forum Anak Daerah, serta Kemen
PPPA, demi menciptakan hasil yang lebih baik terhadap pemenuhan hak partisipasi
anak, untuk mewujudkan Indonesia Layak Anak (IDOLA) 2030 dan Generasi Emas
Indonesia 2045,” terang Menteri Bintang.
Dalam Dialog tersebut, Menteri Bintang didampingi
oleh Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak, Kemen PPPA, Lenny N. Rosalin. Lenny
menegaskan bahwa upaya-upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan Forum Anak
di seluruh Indonesia dalam prosesnya didampingi oleh Kemen PPPA dan Pemda masing-masing.
Peran aktif Forum Anak sebagai Pelopor dan Pelapor (2P) serta partisipasi anak
dalam pembangunan utamanya aktif di dalam proses perencanaan pembangunan
diharapkan akan tercipta anak-anak ‘champions’ serta yang lebih penting lagi
adalah kebijakan, program dan kegiatan pembangunan menjadi lebih peduli anak.
Hal ini penting dilakukan, demi kepentingan terbaik bagi 80 juta anak
Indonesia.
[ ا MF ]