Proses Pengolahan Air Bersih by PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) |
Jakarta, AlifMH.info — Meskipun dunia terus melaju dalam era digital dan otomatisasi, sebagian besar Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Indonesia masih bertumpu pada teknologi pengolahan air konvensional yang sudah digunakan sejak awal abad ke-20. Hal ini diungkapkan oleh Fatrian Rubiansyah Rusydy, S.T., MBA, PMP, Co-Founder Nusawater dan seorang Water Collaborator, dalam pandangan terbarunya tentang masa depan pengelolaan air di Indonesia.
"Kalau kita googling soal teknologi pengolahan air terbaru, banyak yang muncul seperti IoT atau SPARING. Tapi realitanya, mayoritas PDAM masih menggunakan metode klasik," ungkap Fatrian.
Metode yang dimaksud antara lain adalah proses dosing kimia dengan koagulan/flokulan, klarifikasi untuk pemisahan solid-liquid, serta filtrasi media dan klorinasi untuk pemurnian akhir. Teknologi-teknologi tersebut sudah digunakan sejak sebelum tahun 1930-an dan, meski mengalami sedikit perkembangan, intinya tetap sama.
Menurut Fatrian, sudah saatnya Indonesia mulai mengadopsi pendekatan yang lebih modern dan berkelanjutan. Ia menyoroti tiga teknologi yang berpotensi menjadi game changer dalam pengelolaan air oleh PDAM:
-
Membrane Bioreactor (MBR)
Teknologi ini menggabungkan proses biologis dengan penyaringan ultrafiltrasi untuk menyaring mikroorganisme. MBR sangat cocok digunakan untuk pengolahan limbah maupun produksi air bersih berkualitas tinggi. -
Disinfeksi Menggunakan UV dan Ozon
Berbeda dengan metode klorinasi, teknologi ini menggunakan sinar ultraviolet dan ozon untuk membunuh mikroorganisme tanpa bahan kimia tambahan. Ini menjadikan air lebih aman dan ramah lingkungan. -
Elektrolisis
Teknologi pemolesan akhir ini dapat meningkatkan pH air menjadi lebih alkali, sekaligus meningkatkan kualitas air dan menghasilkan hidrogen. Potensi manfaat ganda ini membuka peluang baru dalam penyediaan air sehat.
"Pertanyaannya kini, dari ketiga teknologi tersebut, mana yang paling cocok diadopsi oleh PDAM di Indonesia? Atau mungkin ada inovasi lain yang lebih relevan dengan tantangan lokal?" tantang Fatrian kepada para pemangku kepentingan.
Transformasi teknologi dalam sektor air dinilai penting, bukan hanya untuk efisiensi, tetapi juga untuk menjawab tantangan perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, dan krisis sumber daya air bersih. Fatrian menekankan bahwa masa depan pengelolaan air harus dirancang berbasis inovasi yang berkelanjutan dan adaptif.
[ ا MH ]