Identified PFAS Sources |
Jakarta, AlifMH.info — Fatrian Rubiansyah Rusydy, S.T., MBA, PMP, Co-Founder Nusawater dan Water Collaborator, mengungkapkan kekhawatiran mendalam atas keberadaan PFAS (Per- and Polyfluoroalkyl Substances), bahan kimia yang dikenal sebagai “Forever Chemicals” karena ketahanannya yang hampir tidak terurai di lingkungan. Menurut Fatrian, PFAS banyak digunakan dalam produk tahan air, minyak, dan panas, seperti pakaian anti air, peralatan masak anti lengket, dan kemasan makanan, sehingga paparan terhadapnya menjadi semakin luas.
Data di Indonesia menunjukkan bahwa 62% sampel produk, khususnya pada kategori pakaian tahan air, mengandung PFAS dalam jumlah tinggi. Selain itu, tingkat PFOS dalam air susu ibu (ASI) di Indonesia ditemukan empat kali lipat lebih tinggi dari batas aman yang ditetapkan untuk air minum. PFAS yang tidak terurai ini tidak hanya mencemari air dan tanah, tetapi juga masuk ke dalam rantai makanan, meningkatkan risiko kesehatan jangka panjang bagi seluruh lapisan masyarakat.
Menurut Fatrian, dampak negatif dari paparan PFAS sangatlah serius. Penelitian mengaitkan keberadaan PFAS dengan peningkatan risiko kanker, terutama kanker ginjal dan testis, serta gangguan pada sistem imun yang dapat menurunkan respons tubuh terhadap vaksin dan penyakit. Lebih jauh, paparan bahan kimia tersebut juga berdampak buruk pada perkembangan anak, berkontribusi terhadap berat lahir rendah dan gangguan tumbuh kembang.
Di tengah kondisi ini, Fatrian menyerukan agar masyarakat dan pemangku kepentingan segera mengambil tindakan. "Kita harus menekan penggunaan produk yang mengandung PFAS dengan memilih alternatif ramah lingkungan, serta mendorong regulasi yang lebih ketat di Indonesia untuk menetapkan standar keamanan produk sehari-hari," ujarnya. Fatrian juga mengimbau agar pemerintah dan sektor swasta aktif memantau serta menjamin keamanan sumber air dan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Dalam pandangannya, kesadaran masyarakat merupakan langkah awal yang krusial. “Sudah saatnya kita mulai mempertimbangkan apa yang kita konsumsi dan bagaimana produk-produk yang ada di pasar dapat mempengaruhi kesehatan kita dalam jangka panjang,” tegas Fatrian. Ia menutup dengan ajakan untuk bersama-sama menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesehatan generasi mendatang, karena penanganan PFAS bukan hanya persoalan lingkungan, tetapi juga soal keselamatan hidup.
[ ا MH ]